Hutan Aokigahara

Tentang Bunuh Diri, Hutan Aokigahara dan Jepang

Tentang Bunuh Diri yang terjadi di hutan Aokigahara Jepang, disana menjadi tempat bunuh diri.

Bunuh diri merupakan salah satu masalah kompleks yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia. Kasus bunuh diri terjadi tanpa memandang kultur, kepercayaan, gender, dan kelas sosial pelakunya.

Bunuh diri merupakan penyebab kematian tertinggi pada rentang usia 15-29 tahun secara global (www.who.int.com). Kasus ini menjadi salah satu fenomena global yang terjadi dalam masyarakat, termasuk bagi masyarakat Jepang.

Di Jepang sendiri istilah bunuh diri dikenal dengan jisatsu. Jepang merupakan salah satu negara dengan angka kasus bunuh diri tertinggi di dunia.

Tentang  jepang, ia  juga mendapatkan julukan sebagai negara yang memiliki masyarakat dengan tujuan hidup yang tinggi. Meskipun begitu masih banyak yang melakukan bunuh diri.

Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang, pada tahun 2019 angka bunuh diri di Jepang mencapai 20.381 kasus. Dengan rasio perbandingan kasus bunuh diri pada pada laki-laki dua kali lebih banyak daripada kasus bunuh diri pada wanita, yaitu 13.900 kasus pada pria dan 6.481 kasus pada perempuan.

Jepang masih menganggap bunuh diri sebagai upaya dalam pelarian dari masalah yang menjerat pelakunya. Bertumpu pada tradisi Seppuku yang dijalankan  para samurai di era feodal yang lebih memilih mati dalam kehormatan  daripada hidup dalam rasa malu, karena samurai memiliki kode kehormatan yang biasa disebut bushido

Selain kasus bunuh diri yang tinggi, jepang juga memiliki hutan yang khusus untuk melakukan bunuh diri.Hutan itu dkenal dengan Hutan Aokigahara.

Hutan Aokigahara terletak di bagian barat laut Gunung Fuji, sekitar 100 kilometer sebelah barat Tokyo. Dengan luas 30 kilometer persegi, hutan tersebut cukup subur akibat curahan lahar yang berasal dari Gunung Fuji yang meletus pada 864.

Hutan Aokigahara kerap dikaitkan dengan kematian. Kawasan itu diyakini pernah digunakan untuk melakoni ritual “ubasute”, sebuah ritus pengasingan diri manula ketika masa kelaparan dan musim kering melanda. Sebagian orang Jepang masih percaya ada arwah-arwah yang bergentayangan di hutan itu.

Fakta Hutan Aokigahara

Fakta dari hutan Hutan Aokigahara merupakan hutan yang sangat sunyi. Hutan ini diisi oleh pepohonan yang tinggi dan rimbun sehingga menghalangi cahaya matahari masuk ke dalamnya. Bahkan, jika ada suara burung di area hutan tersebut, itu menjadi sebuah fenomena yang cukup langka. Beberapa orang mengaku pernah mendengar suara tangisan hantu dari hutan.

Hutan Aokigahara sangat lekat dengan keberadaan hantu Jepang Yurei. Yurei merupakan sebuah sosok wanita pucat dengan baju putih panjang dan berambut hitam. Kehadiran sosok ini diduga menjadi alasan kenapa banyak yang melakukan bunuh diri di sana.

Hutan Aokigahara yang berada di kaki Gunung Fuj dapat membuatmu tersesat. Banyak pengunjung hutan tersebut harus menggunakan pita agar dapat menjadi penanda jalan. Hal ini karena GPS dan ponsel tidak akan berguna di sana.

Aokigahara yang sunyi merupakan tempat sunyi dan damai. Mungkin banyak orang berpikir bahwa hutan ini merupakan tempat yang tepat untuk peristirahatan terakhir mereka.

Sehingga memungkinkan bagi sejumlah orang pergi ke Aokigahara hanya untuk mengakhiri hidup mereka dengan secara tenang tanpa adanya gangguan.

Oleh karenanya, hutan ini dianggap sebagai situs bunuh diri terpopuler setelah Golden Gate Bridge. Pemerintah Jepang sampai harus menyembunyikan angka kematian bunuh diri di Aokigahara, agar menghentikan tempat itu menjadi populer.

Tak heran jika di sana kamu bisa menemukan papan peringatan untuk tidak bunuh diri. Biasanya papan tersebut bertuliskan pesan menggugah seperti “Hidupmu merupakan anugrah berharga bagi orangtuamu” atau “kamu tidak sendiri!”


Posted

in

by

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *