PDI Perjuangan, secara langsung memiliki pendapat, pencitraan itu perlu di dunia politik. Itu perlu untuk dilakukan. Karena dengan citra yang bagus, reputasi juga memiliki nilai tambah.
“Orang masih bicara perlu tidaknya pencitraan. Pencitraan itu perlu, titik. Itu hukum pertama. Kalau citranya jelek, melamar saja ditolak calon mertua, pencitraan itu sangat penting,” sebut politisi PDIP, Hendrawan Supratikno ketika ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (1/2).
Ditambahkan olehnya, pencitraan itu tak masalah asalkan mempunyai kerja nyata yang bagus dengan program yang jelas. Beda kalau hanya bergaya manis di depan publik saja, tentu itu yang salah.
“Sekarang persoalannya adalah sumber citra yang baik, pencitraan itu darimana? Apakah dari kerja riil atau prestasi yang betul-betul terukur atau dari sekedar gaya-gaya pose, itu harus dibedakan. Saya ingin jadi anu pencitraan, supaya kalau ceramah honornya tinggi, wartawan juga gitu sehingga dijadikan direksi,” jelasnya.
Dengan itu juga, Hendrawan sama sekali berlawanan pendapat dengan muatan yang ditulis oleh berita media asing. Katanya, tulisan itu hanya mencari rating saja, bukan benar benar berita.
“Kalau menurut kami, ini cari sensasi. Supaya apa, pelanggannya di pasar Indonesia meningkat. Pasar oposisi kan cukup besar di sini, kan gitu pakai hitung-hitungan dagang,” tegas anggota DPR tersebut.
Sebelum hal ini, Asia Times mempublikasikan berita yang berjudul: “Widodo’s Smoke and Mirrors Hide Hard Truths”, ditulis oleh jurnalis bernama John Macbeth. Tulisan ini memuat tentang beberapa kali presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan berbagai pencitraan dalam semua program kerjanya selama ini.