
Indonesia merupakan negara beragam dan memiliki banyak budaya-budaya antar wilayah yang diturunkan dari nenek moyang. Indonesia juga menyediakan sumber daya alam yang beragam. Salah satunya adalah bali. Bali terkenal dengan tradisi melukat.
Bali memiliki tradisi melukat yang merupakan tradisi Agama Budha di Bali. Selain Masyarakat bali, sudah banyak artis yang melakukan melukat. Meskipun tradisi Agama Budha, wisatawan yang melakukan melukat terdapat yang beragama Islam.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel merespon tentang fenomena banyaknya para artis yang muslim melakukan melukat bahwa yang ia lakukan adalah haram.
Fenomena melukat sudah dilakukan oleh orang banyak, termasuk para artis Indonesia. Melukat adalah Bagian Penyucian Jiwa yang dilakukan umat hindu dalam rangka pembersihan jiwa. Meskipun melukat hari ini tidak hanya dilakukan oleh agama hindu saja. Banyak wisatawan yang melakukan melukat dengan tujuan ingin membersihkan jiwanya melalui melukat.
Pelaksanaan melukat memiliki makna penyucian diri agar lebih dekat dengan Ida sang Hyang Widhi Wasa, yang tak lain adalah tujuan akhir daripada kehidupan manusia, menurut pemeluk agama budha. Setiap orang yang melukat diwajibkan mengganti pakaian yang lebih sopan dengan menggunakan baju adat Bali. Perempuan memakai baju
Proses melukat sendiri menggunakan air yang diguyur ke seluruh tubuh di Pura atau bisa juga dilakukan di dekat air. Khusus pemeluk agama hindu, diwajibkan membawa sesajen untuk dihanturkan saat sembahyang.
Menurut Budi Boketen ternyata melukat memiliki beberapa jenis pelaksanaan lho. Simak berikut
- Melukat Astupungku, untuk membersihkan dan menyucikan malapetaka seseorang yang diakibatkan oleh Pengaruh hari kelahiran dan Tri Guna (Satwam, Rajas, Tamas) yang tidak seimbang dalam dirinya.
- Melukat Gni Ngelayang, untuk pengobatan terhadap seseorang yang sedang ditimpa penyakit.
- Melukat Gomana, untuk penebusan Oton atau hari kelahiran yang diakibatkan oleh pengaruh yang bernilai buruk dari Wewaran dan Wuku. Misalnya pada mereka yang lahir pada wuku Wayang.
- Melukat Surya Gomana, untuk melepaskan noda dan kotoran yang ada pada diri Bayi. Misalnya pada saat Nelu Bulanin.
- Melukat Semarabeda, untuk menyucikan Sang Kama Jaya dan Sang Kama Ratihdari segala noda dan mala pada upacara Pawiwahan (Perkawinan)
- Melukat Prabu, untuk memohonkan para pemimpin agar kelak dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan kejayaan dan kemakmuran.
- Melukat Nawa Ratna, dapatkan dikatakan mempunyai makna yang sama dengan Melukat Prabu.
Dilansir dari Dinas Kebudayaan.com, prosesi melukat biasanya dilaksanakan pada hari-hari baik agama Hindu misalnya seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon. Upacara Melukat dipimpin oleh seorang pemangku. Sesajian seperti prascita dan bayuan yang disiapkan dengan diberikan mantra-mantra. Orang yang akan diupacarai terlebih dahulu oleh pemangku. Setelah proses pemantraan selesai, orang yang akan diupacarai disiram dengan air kelapa gading. Setelah mandi air kelapa gading, ritual dilanjutkan dengan pemandian di danau, sungai, atau tempat yang diyakini diyakini berkah. Upacara ini dilaksanakan di tempat bersejarah, di Pura, tempat pemandian dan laut yang ada di Bali.
Girls, jika terdapat keinginan untuk melukat, khususnya untuk perempuan jangan sampai pas datang bulan, ya. Karena perempuan yang sedang menstruasi tidak diperbolehkan masuk ke area tempat melukat demi menjaga kesucian tempat. Selain itu terdapat larangan membawa tas yang terbuat dari kulit sapi.
Kita ketahui bersama bahwa sapi bagi umat Hindu tidak dilihat sebagai hewan tetapi dianggap sebagai bagian dari para dewa. Menurut Kompas.com, sapi dalam agama Hindu di Bali, diajarkan bahwa sapi merupakan hewan suci yang menjadi jelmaan atau kendaraan Dewa Siwa.
Leave a Reply