GIRLISME.COM – Ketika Asian Games ke 18 baru saja dibuka beberapa hari yang lalu, berita membanggakan sudah berdatangan bagi Indonesia. Dengan bahagia dikabarkan bahwa Indonesia berada di posisi peringkat tiga besar bertengger bersama China dan Jepang.

Selain uforia opening ceremony yang luar biasa, kemudian prestasi yang begitu membanggakan dan totalitas para atletnya, hal lain yang menjadi menarik adalah kenyataan bahwa penyumbang emas pertama Indonesia adalah seorang perempuan. Melalui cabang olahraga Taekwondo atas nama Defia Rosmania, kemudian diikuti oleh Lindswell dari cabang olahraga wushu, dan Tiara Andini P dari cabang olahraga sepeda gunung.

Saat ini posisi Indonesia berada pada peringkat 5, setelah China, Jepang dan Iran dengan perolehan total medali sejumlah 35 medali. Hal yang juga menarik di balik medali ini adalah kekonsistenan para atlit perempuan Indonesia dalam menyumbangkan prestasinya. Medali yang dimiliki Indonesia sama sekali tidak didominasi dengan keberadaan laki-laki saja.

Indonesia mendapatkan medali pada 13 cabang olahraga, yaitu Paragliding, Cycling Mountain Bike, Rowing, Wushu, Sport Climbing, Weightlifting, Taekwondo, Badminton, Cycling BMX, Artistic Gymnastics, JetSki, Shooting dan Sepaktakraw. Dalam keseluruhannya atlit perempuan Indonesia secara konsisten mampu menyumbangkan medali secara rata, kecuali pada cabang olahraga JetSki, Shooting dan Sepaktakraw.

Sejak dahulu perempuan selalu dianggap memiliki kekuatan fisik yang lebih lemah dibandingkan laki-laki. Karenanya kemudian perempuan juga lengket dengan pelabelan gender lapis kedua, dan tidak cocok untuk kegiatan-kegiatan fisik. Hal ini kemudian mendatangkan pemikiran yang timpang, bahwa perempuan hanyalah pantas untuk hal-hal domestik, pernak-pernik lucu, dan dandan di depan cermin. Inilah sebabnya olahraga berat juga identik dengan laki-laki, dan bukan medan yang pas untuk para perempuan.

Namun kali ini, fakta-fakta itu ditebas seluruhnya oleh para perempuan hebat perwakilan Indonesia di Asian Games 2018. Bukti medali yang saat ini sukses masuk ke dalam rak prestasi Indonesia menjadi catatan yang penting bagi para laki-laki dan para perempuan di negeri ini.

Sudah bukan zamannya lagi berpikiran bahwa perempuan itu lemah, dan tidak memiliki kesempatan yang sama besarnya dengan laki-laki dalam hal olahraga. Bukan saatnya lagi mencibir dengan sebelah mata mengenai kemampuan perempuan dalam prestasi non-domestic. Perempuan harus diberikan waktu dan tempat yang sama dengan laki-laki, untuk dapat secara maksimal mengembangkan kemampuannya dan mendapatkan prestasi.

Hal ini juga menjadi cambuk bagi para perempuan, yang masih takut untuk berpikiran terbuka. Yang masih menanggap kaumnya lemah dan berada di bawah laki-laki. Saat ini di depan mata sudah ada bukti bahwa perempuan mampu dan dan bisa berjuang, disandingkan setara dengan laki-laki. Bisa berlatih dengan giat, totalitas, dan juga memberikan prestasi yang mengharumkan nama negeri. Sudah saatnya sebagai perempuan, berbangga diri dan kedepannya menjadi lebih semangat untuk terus belajar dan berusaha, tanpa terlilit dengan label dan stereotype zaman jahiliah.

Perempuan dan laki-laki berhak menerima kesempatan yang sama untuk belajar, mengeksplorasi diri, dan menunjukkan prestasi tanpa dibayangi label negatif dan prasangka pandangan sebelah mata.